Jelang Asian Games 2018 Tim Verifikasi Dinilai Tidak Mengerti Kebutuhan Cabor

Buletin Indonesia News

Jakarta,--Dalam persiapan menuju Asian Games 2018, Tim Verifikasi telah mengajukan program pelatnas untuk delapan atlet dengan anggaran Rp 20 miliar. Anggaran tersebut meliputi akomodasi, pembelian peralatan latihan dan tanding uji coba ke luar negeri, honor atlet, dan pelatih serta ofisial pendukung.

Tim Verifikasi Anggaran yang di bentuk Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kempora, Mulyana dinilai tidak mengerti kebutuhan cabang olahraga (cabor). Tindakkan pemotongan anggaran pelatnas dan pengurangan jumlah atlet Asian Games 2018 menimbulkan kekecewaan dan protes berbagai induk organisasi (PB/PP).

Ketum Pengurus Besar Modern Penthatlon Indonesia (PB MPI) Anthony Sunarya mengatakan “Kalau pasokan anggaran pelatnas yang Kita usulkan terlalu banyak dipotong dan jumlahnya tidak mencukupi, ya terpaksa jadi penyelenggara saja. Apalagi, Kita dituntut mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran negara tersebut,” katanya Rabu (03/01/2018).

Anthony Sunarya menambahkan “Kita memang menyadari MPI itu olahraga yang baru berkembang dan tidak bisa menjanjikan target medali. Jadi, Kita tidak terlalu banyak menuntut. Tapi, jika Tim Verifikasi Anggaran melakukan potongan mencapai 70 persen itu sangat jauh dari harapan. Minimal Kita harus dapat pasokan anggaran Rp 10 miliar. Untuk biaya peralatan latihan dan tanding saja yang praktis harus dibeli saja sudah mencapai Rp 3 miliar,” tambahnya.

Manajer Tim Wushu Indonesia, Iwan Kwok juga menyebut pengurangan jumlah atlet dengan alasan penyesuaian anggaran sebagai bukti bahwa Tim Verifikasi Anggaran tidak mengerti kebutuhan cabor.

“Tim Verifikasi itu jelas tidak mengerti kebutuhan cabor. Makanya, mereka memaksakan cabor mengurangi jumlah atlet untuk menyesuaikan dengan anggaran yang telah dipangkasnya,” tegasnya.

Menghadapi Asian Games 2018, Iwan Kwok mengatakan , Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI) mengusulkan anggaran pelatnas sebesar Rp 37,4 Miliar dengan jumlah 22 atlet. Namun, Tim Verifikasi memangkas usulan anggaran menjadi Rp 10 Miliar untuk membiayai 11 atlet pelatnas.

Dengan jumlah 22 atlet pelatnas, pihaknya bisa melihat nomor apa saja yang dinilai memiliki peluang dan menentukan atlet yang tepat. Apalagi, nomor-nomor wushu yang dipertandingkan belum final.

“Target wushu itu merebut 1 medali emas jika ada 15 nomor yang dipertandingkan. Dan 2 medali emas jika ada 16 nomor yang dipertandingkan. Makanya, dengan jumlah 22 atlet itu, kami bisa memilih atlet yang benar-benar berpeluang dengan melihat calon lawan yang dihadapi,” ungkapnya.

Dan Tim verikasi anggaran awalnya beranggotakan 11 orang dan kini menjadi Tim 10. Pasalnya, Dikdik Jafar Sidiq yang merupakan dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) telah mengundurkan diri. Alasanya, Dia tidak sejalan.

Mundurnya Dikdik yang terlibat mendukung Kontingen Indonesia pada SEA Games Malaysia 2017 ini juga beredar di dunia olahraga. Diakui setelah di Solo, dirinya sudah tidak tahu kelanjutan tim. Karena tidak ada pemberitahuan, berarti ia sudah tidak diperlukan lagi di Tim Verikasi Anggaran.

Sekjen Pengurus Besar Kurash Indonesia (PB KI), Lukman Husain juga menolak adanya pemotongan anggaran dan jumlah atlet pelatnas kurash. PB KI mengusulkan anggaran sebesar Rp 17 miliar dengan 14 atlet. Tetapi, Tim Verikasi memangkas anggaran menjadi Rp 4,5 miliar dengan tujuh atlet.

“Dana Rp 4,5 miliar itu jelas tidak mencukupi. Apalagi, jumlah atlet pelatnas dikurangi menjadi tujuh atlet,” katanya.
Pengurangan jumlah atlet tersebut merugikan karena tidak ada mitra latih untuk tujuh atlet di tujuh kelas. Selain itu, Indonesia tidak bisa menampilkan dua atlit setiap kelas seperti negara lain.

Editor : wny/nsp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *